PUSTAKA KOTA- Jakarta – Literasi digital kini menjadi hal yang dibutuhkan seiring perkembangan ruang dunia maya yang semakin melesat, salah satu bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Tanah Air.
Anggota Komisi I DPR RI, Kresna Dewanata Phrosakh mengatakan, dari 73 persen pengguna internet di Indonesia, hanya 18 persen yang menggunakan sebagai kebutuhan UMKM untuk meningkatkan produktifitasnya.
Hal itu terbilang cukup disayangkan, pasalnya begitu penting penggunaan internet untuk kebutuhan UMKM di era pandemi Covid-19 ini.
“Seluruh jaringan UMKM itu harusnya bisa memanfaatkan keadaan. UMKM dijadikan ujung tombak atau sendi-sendi perekonomian negara kita,” ujar Kresna dalam Webinar bertajuk “Ngobrol Bareng Legislator : Literasi Digital Bagi Pelaku UMKM” yang berlangsung pada Rabu (6/4/2022).
Kresna menilai, UMKM harus sebaik mungkin memanfaatkan internet dan teknologi yang tersedia untuk dapat menjangkau pelosok daerah.
“Pemanfaatan teknologi digital harus sampai ke masyarakat melalui UMKM-UMKM di Indonesia,” tutur Kresna.
Penggunaan jaringan berbasis internet ini, kata Kresna, dapat berguna untuk mempercepat penjualan produk dan memasarkan prodaknya. Market di Indonesia sendiri merupakan pasar potensial.
“Untuk itu betapa pentingnya para pelaku UMKM agar bisa melek digital dan pentingnya literasi digital,” ungkap Kresna.
Senada dengannya, VP Commercial Nabati Digital, Hanafi Kurniawan menjelaskan bahwa perkembangan digital bisnis sangat besar di Indonesia.
Perkembangan perusahaan konvensial juga saat ini tengah fokus untuk mengembangkan bisnis digitalnya dari 345 juta orang yang terkoneksi dengan internet.
Adapun untuk pengguna internet dan sosial media juga tumbuh sesuai populasi. Rata-rata masyarakat Indonesia menggunakan internet sebesar lebih dari 8 jam sehari.
Dari 8 jam yang mengggunakan internet, 3 jam di antaranya digunakan untuk sosial media mulai youtube, whatsapp, instagram, tiktok serta aplikasi yang saat ini digunakan untuk menjangkau konsumen.
“Digital marketing, segala bentuk aktivitas pemasaran produk atau jasa menggunakan teknologi digital,” ujar Hanafi.
Ada 4 jenis untuk digital marketing. Pertama adalah dari website yang harus mewakili merk, produk, dan layanan secara mengesankan.
Menurutnya penggunaan media sosial dalam memasarkan produk bagi pelaku usaha, memiliki beberapa keunggulan.
Kedua adalah email marketing yang sering kali digunakan sebagai pancingan untuk mendaftar dan melakukan transaksi lalu iklan internet mengiklankan produk di area tertentu atau sasaran tertentu.
“Iklan internet yang paling populer adalah Google Ads dan Facebook Ads, yang terakhir yaitu social media marketing, lebih dalam lagi sosial media marketing yaitu tujuan utama untuk membangun dan meningkatkan kepercayaan terhadap sebuah brand,” jelas Hanafi.
Hanafi mengatakan, pemanfaatan promosi di sosial media juga membuat brand dan produk lebih cepat dikenali oleh masyarakat atau pelanggan
“Dapat menjangkau banyak orang, tingkatkan kepercayaan pengikut terhadap bisnis. Kita harus kenali dulu audience kita, agar bisa menentukan bentuk tindakan apa yang cocok untuk melakukan pemasaran di media sosial,” ucap Hanapi.
Hanafi menuturkan, ada tiga hal yang harus dilakukan ketika melakukan sosial media marketing. Salah satu di antaranya adalah fokus pada tujuan.
“Apakah untuk promosi? Untuk melayani pelanggan? Atau mengarahkan pelanggan ke website? Kedua, Pilih media sosial yang cocok dengan sasaran konsumen kita, bisa facebook, instagram, twitter, youtube. Ketiga, sajikan konten yang unik, Kamu bisa mengemas konten tersebut agar lebih menarik dan berbeda dari yang lainnya, seperti video atau infografis,” ucap Hanafi.
Untuk itu, Dirjen Aptika Kemenkominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, B.Sc menyatakan bahwa Kementerian Kominfo hadir untuk menjadi garda terdepan dalam memimpin upaya percepatan transformasi digital Indonesia.
Dalam hal ini, Kemenkominfo memiliki peran sebagai regulator, fasilitator, dan ekselerator di bidang digital Indonesia.
“Berbagai pelatihan literasi digital yang kami berikan berbasis empat pilar utama, yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan pemahaman digital. Hingga tahun 2021 tahun program literasi digital ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat Indonesia,” Pungkas Samuel.