PUSTAKA KOTA, Tangsel – Diabetes melitus menjadi penyakit yang mengkhawatirkan di kalangan muda maupun lanjut usia. Bukan hanya dampaknya yang berbahaya bagi penderita. Tetapi, diabetes melitus sudah tidak memandang usia lagi.
Siapa pun bisa terkena, baik tua ataupun muda. Oleh karena itu, pentingnya pola hidup sehat untuk menghindarinya. Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Umum (RSU) Pamulang Kota Tangerang Selatan, Harry Andrean membagikan tipsnya agar masyarakat dapat terhindar dari diabetes melitus.
Harry mengatakan, angka penderita diabetes semakin tinggi di Indonesia. “Pencegahannya dimulai dari pola hidup, pola makan serta olahraga yang rutin dapat mengurangi angka kejadian diabetes,” katanya kepada wartawan.
Dia menilai, pola makan masyarakat sekarang memang sudah tidak sehat. Hal itu didasarkan kurangnya konsumsi sayur dan buah yang dilakukan masyarakat. Selain itu, makanan-makanan cepat saji sekarang sudah banyak yang mengandung kalori berlebih dan kandungan gulanya cukup tinggi.
Disaat yang bersamaan aktivitas masyarakat sekarang kebanyakan duduk. Bukan aktivitas yang banyak bergerak. “Jadi kalau bisa sudah menanamkan untuk mencegah diabetes karena kalau sudah Lansia resikonya lebih tinggi menderita diabetes dan komplikasi lainnya,” tambah Harry.
Dia mengungkapkan, dalam mencegah diabetes terbagi dalam beberapa bagian. Misalnya pencegahan primer untuk orang yang masih sehat dan belum terdiagnosis diabetes. Menurut Harry, pencegahan primer harus bisa diterapkan oleh banyak masyarakat. “Nah ini lah yang penting, mulai dari sini menanamkan olahraga yang rutin dan makan yang sehat,” ucapnya.
Berbeda dengan pencegahan sekunder yang diperuntukan oleh individu yang sudah menderita dan terdiagnosis diabetes. Harry menyebut, yang belum terdiagnosis pun bisa saja mengalami diabetes. Oleh karena itu, penting untuk mendeteksi sesegera mungkin apakah mengalami diabetes atau tidak. “Caranya rutin skrining utamanya untuk usia yang di atas 40 tahun disarankan rutin cek gula darah setidaknya enam bulan sekali,” ungkapnya.
Jika tidak dilakukan bisa saja seseorang menderita penyakit diabetes tanpa sepengetahuannya. Hal itu karena bisa saja tidak ada gejala padahal sudah terkena diabetes. Apalagi, jika memiliki orang tua yang menderita penyakit diabetes. Disarankan rutin melakukan medical check up skrining.
Ketiga ialah pencegahan tersier, ialah untuk individu yang sudah menderita diabetes dan dalam penanganan perobatan. Harry menuturkan, biasanya pencegahan tersier dilakukan untuk penderita diabetes yang sudah rutin konsumsi obat dan melakukan suntik insulin.
“Pencegahan ini dilakukan agar tidak menjadi komplikasi dari ujung rambut kepala hingga ujung kaki bisa terjadi komplikasi,” ungkapnya. Pencegahan tersier juga dilakukan agar terhindar dari komplikasi stroke, serangan jantung, katarak, luka kaki, dan gagal ginjal. Oleh karena itu, Harry mengingatkan agar yang masih sehat dan belum terdiagnosis diabetes dapat melakukan pencegahan primer.
Dia menambahkan, untuk menghindari komplikasi saat menderita diabetes ialah dengan kepatuhan berobat. Menurutnya, ada juga beberapa pasien yang menolak melakukan suntik insulin karena hanya mau minum obat. “Di RSUD Tangsel rata-rata sudah masuk dalam pencegahan tersier dan sekunder,” tuturnya.
Harry menjelaskan, dalam penyakit diabetes ada gejala klasik yang ditandai dengan mudah haus, mudah lapar, dan sering buang air kecil. Namun, jika dari ketiga indikasi itu dirasakan tidak langsung dapat didiagnosis sendiri mengalami diabetes. Tetap harus dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu.
Selain itu, gejala lainnya seperti sering kesemutan dan luka di kaki mudah basah serta infeksi. “Di dokter akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti gula darah puasa dan dua jam setelah makan untuk mengecek menderita diabetes atau tidak,” tegas Harry.
Dia juga mengingatkan untuk kalangan remaja atau usia muda itu jarang ketahuan menderita diabetes. Harry menyarankan, jika terlahir dari orang tua yang menderita diabetes mulai dari usia 30 tahun disarankan untuk rajin check up. “Sangat faktor keturunan resiko tinggi. Oleh karena itu harus jadi motivasi agar hidup sehat sehingga tidak terus menurunkan penyakit diabetes,” bebernya.
Selain itu, kalangan anak-anak juga dapat terkene diabetes. Harry membeberkan untuk penderita anak disebut sebagai diabetes tipe satu. Dia menuturkan, penyebab utamanya bukan karena pola hidup ataupun pola makan. “Itu karena kelainan di pankreasnya produksi insulinnya rusak atau nol,” ungkapnya. (Adv)