PUSTAKA KOTA, Tangsel – Menjaga kesehatan pada lansia sangatlah penting, karena pada masa usia lansia banyak sekali permasalahan atau gangguan fisik yang akan dialami.
“Ada 14 masalah kesehatan pada lansia yang sering dijumpai yakni kurang bergerak dan beraktivitas, tidak stabil, mudah jatuh, gangguan berkemih atau ngompol, gangguan intelektual, infeksi, gangguan penglihatan dan pendengaran, sulit buang air besar, depresi, kurang gizi, kemiskinan, penyakit karena terlalu banyak obat, insomnia, daya tahan tubuh menurun serta impotensi,” kata dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Rumah Sakit Umum (RSU) kota Tangerang Selatan, dr Yuni Ekowati.
Menurut dr Yuni, permasalahan atau gangguan kesehatan yang dialami oleh lansia adalah proses alami karena adanya penurunan kondisi fisik.
“Seperti yang kita ketahui bahwa lansia adalah seseorang yang sudah berusia 60 tahun keatas, di Indonesia berdasarkan data badan pusat statistik tahun 2021 terdapat 29,3 juta penduduk yang berusia lansia atau sekitar 10,82 persen dari total penduduk Indonesia,” ujarnya.
Adapun peningkatan kesehatan lansia, kata dr Yuni, dapat diberikan melalui tindakan promotif yakni meningkatkan gairah hidup atau semangat lansia sehingga dihargai dan berdaya guna, untuk keluarga agar memberikan dukungan kepada lansia serta promosi PHBS, gizi, penyakit degeneratif, peningkatan kesegaran jasmani dan memelihara kemandirian.
“Sementara untuk tindakan preventif yakni, mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi akibat proses degeneratif, deteksi dini dan pemantauan kesehatan lansia, dilakukan berkelompok dan KMS lansia,” ungkapnya.
Untuk tindakan kuratif pada lansia, kata dr Yuni, yaitu pengobatan dan perawatan
yang dilakukan oleh instansi kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit atau dokter praktek. Sedangkan tindakan rehabilitatif berupa rehabilitasi medik, edukatif, pengembangan keterampilan atau hobi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fungsional semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas hidup, dilakukan melalui pendekatan medis, psikososial, kultural dan spiritual. Program rehabilitasi medik diberikan dalam bentuk latihan fisik, pemakaian modalitas fisik atau alat, penggunaan alat bantu (ortosis) dan prosthesis, serta memodifikasi lingkungan.
“Untuk menjaga kebugaran, lansia juga bisa melakukan latihan fisik seperti latihan penguatan otot, latihan ketahanan (endurance) latihan kelenturan sendi serta latihan kesimbangan dinamik dan ketangkasan,”ungkapnya.
Selain berlatih fisik, lanjut dr Yuni, program pemberian alat atau modalitas fisik juga bisa dilakukan bagi para lansia tujuannya untuk mengurangi nyeri, mengurangi kekakuan otot, menguatkan otot yang lemah, dan mengurangi inflamasi sendi.
“Pemberian alat bantu bisa berupa tongkat, walker (untuk mencegah risiko lansia jatuh), korset, deker, tangan serta kaki palsu. Kita juga perlu memodifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh serta membantu pasien dalam melakukan aktifitas sehari- hari,”imbuhnya.
Peningkatan kualitas hidup lansia tambah dr Yuni, berprinsip bahwa lansia tidak hanya sehat secara fisik tapi juga harus sehat secara psikososial, mental, spiritual disertai lingkungan yang mendukung peningkatan kualitas hidup lansia. Menjaga pola hidup sehat, asupan gizi yang cukup dapat membantu lansia untuk tetap bugar.
“Selain itu lansia juga perlu konsultasi ke dokter atau posyandu lansia secara teratur tentang penyakit yang dialami, lansia juga perlu bersosialisasi atau ikut dalam kegiatan keagamaan atau sosial untuk meningkatkan derajat kesehatan mental,” tambahnya.
Meningkatkan kemandirian dan menjalani masa tua dengan bahagia dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia. Diperlukan peran serta keluarga dan lingkungan agar lansia dapat meningkatkan kualitas hidupnya seoptimal mungkin. (Adv)