PUSTAKA KOTA, Tangsel – Setiap kali puasa Ramadan tiba selalu menjadi pertanyaan bagaimana jika seorang ibu hamil menjalankan puasa. Apakah boleh atau tidak?
Setiap ibu hamil selalu khawatir menjalankan puasa saat bulan Ramadan tiba. Kekhawatiran itu muncul karena nasib si jabang bayi yang masih membutuhkan asupan makanan bergizi.
Menurut dokter spesialis obgyn Rumah Sakit Umum kota Tangerang Selatan, Yesy Marianna, ada beberapa panduan puasa saat Ramadan untuk seorang ibu hamil. Pada dasarnya menjalankan puasa Ramadan untuk seorang ibu hamil masih diperbolehkan.
Selama menjalankan puasa, ibu hamil harus tetap dapat memenuhi asupan makanan yang bergizi. Menurutnya, seorang ibu hamil yang menjalani puasa Ramadan harus melakukan optimalkan asupan nutrisinya.
“Berpuasa ini perubahan pada jadwal makan menjadi pagi saat sahur dan saat buka, jadi makannya disana. Prinsipnya kelengkapan dan kecukupan nutrisi harus dipenuhi oleh ibu hamil,” imbuh dokter Yesy.
Dokter Yesy membeberkan, seorang ibu hamil yang menjalankan puasa di bulan Ramadan harus memiliki asupan makanan bergizi seimbang dan beragam, termasuk protein dan lemak.
Selain itu, lanjutnya, ibu hamil juga wajib memiliki asupan yang mengandung asam amino sebagai menu berbuka dan sahur.
“Itu bisa diatur dengan cara tadi pengaturannya tadi dua kali makan berat, dua kali makan ringan. Hindari makan yang berlebihan atau manis berlebihan.” tutur dokter Yesy.
Seorang ibu hamil yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan juga wajib membatasi mimuman kopi, teh atau minuman berkarbonasi. Namun, perlu diingat juga seorang ibu hamil harus mengetahui kondisinya secara detil sebelum memutuskan untuk menjalani ibadah puasa.
Dokter Yesy mengungkapkan, kondisi yang dimaksud ialah kondisi sang ibu dan sang janin yang dikandungnya. Tentunya untuk mengetahui hal tersebut harus berdasarkan konsultasi dengan dokter.
Dia menuturkan ada beberapa kondisi tidak disarankan seperti ibu hamil dengan penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, atau ibunya memiliki tubuh kurus (underweight). Selain itu, jika pertumbuhan janinnya tidak bagus, sebaiknya jangan berpuasa.
“Jika ada sesuatu baik itu ibunya maupun janinnya sebaiknya tidak usah (puasa). Jangan memaksakan prinsipnya,” ungkapnya.
Dokter Yesy juga menjelaskan, khusus untuk ibu hamil trisemester pertama mengalami mual atau muntah berlebihan sebaiknya tidak puasa. Sementara itu, untuk ibu hamil trisemester 2 dan 3 juga harus dilihat kondisi janinnya terlebih dahulu sebelum memutuskan puasa.
“Sebenarnya tidak bisa kita katakan dengan mutlak boleh atau tidak boleh puasa pada ibu hamil, sebelum tahu kondisi ibu dan janin. Semuanya harus sesuai dengan kondisi ibu dan janin. Selain itu nutrisinya harus lengkap dan beragam” jelasnya. (ADV)