PUSTAKA KOTA, Tangsel- Sebagai penyangga ibu kota, Kota Tangerang Selatan dinilai dapat menjadi kota yang memiliki potensi pariwisata kota (city tourism) untuk mendongkrak popularitas dan penghasilan pajak daerahnya.
Kasubbid Fasilitasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Feri Suprapto, menjelaskan, pariwisata di kota urban seperti Tangerang Selatan misalnya memang memiliki tantangan tersendiri.
Pasalnya, Kota Tangerang Selatan tidak memiliki sumber daya alam seperti tempat wisata lainnya yang dapat menarik turis luar negeri.
“Masih mendominasi oleh pikiran kita melihat pariwisata hanya alam. Ada juga kota-kota antara, kota-kota transit, sebenarnya sudah terbuka aksesnya, tinggal nanti bicara product development, semakin diragamkan produknya, itu adalah challenge (red-tantangan) yang kita hadapi,” ujar Feri setelah acara Experience Leisure Collaboration (ELC) FINAL 2020 Prasetiya Mulya BSD, Tangerang, Senin (13/1/2020).
Ditambahkan Feri, meski turis mancanegara masih mencari keindahan alam yang terkesan eksotik, akan tetapi para turis juga kerap akan singgah di kota-kota besar dahulu sebelum sampai ke destinasi wisata, sehingga penting untuk meningkatkan city tourism bagi turis mancanegara.
“Di samping bicara movement destinasi Indonesia yang eksotik, kota-kota transit merupakan destinasi yang perlu kita gali lagi produknya sehingga nanti semakin semarak (turis) domestik dan internasional, kalau internasional kan semenara ini masih mengincar yang eksotik, tapi in between-nya mereka akan singgah di kota-kota besar, saya pikir pengembangan city tourism itu akan melayani domestik dan internasional visitors,” tuturnya.
Untuk mewujudkan potensi pariwisata yang segar, maka Universitas Prasetiya Mulya pun menggandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Wahana Kreator Nusantara untuk menjadi dewan juri bagi Mahasiswa semester 7 dan semester 5 jurusan S1 Branding yang menciptakan program “Leisure” dan melakukan riset pemasaran serta observasi di wilayah Tangerang Selatan, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara.
Feri menganggap kegiatan ini menjadi hal yang penting agar pemerintah sebagai pemangku kebijakan (policy maker) mendapat masukan ide-ide kreatif untuk mengangkat city tourism.
“Ini manfaat dari kami policy maker bertemu dengan mahasiswa dengan pihak universitas, masyarakat, ini menjadi poin penting dan poin kunci yang ingin digarisbawahi,” ujarnya.
Terdapat setidaknya 16 karya yang berasal dari para mahasiswa yang menggali sejumlah potensi pariwisata di antaranya adalah mengangkat sejarah Daan Mogot di Tangerang Selatan, mengangkat Situ Gintung, Hutan Kota BSD, dan Kebun Ide.
Sementara itu, Direktur Program Sarjana Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universias Prasetiya Mulya, Christina Yosevina, menyampaikan, kegiatan ini untuk menjawab tantangan pendidikan yang kerap menganggap mahasiswa yang lulus hanya dapat berteori namun tidak dapat melakukan aplikasi teorinya di konteks industri.
“Jadi kami berusaha untuk berkolaborasi antar mata kuliah, kami juga ingin selalu berkolaborasi dengan industri sehingga ketika mahasiswa sudah lulus apapun masalah yang ada di praktiknya mereka langsung bisa mengatasinya dengan bekal yang mereka dapat di bangku kuliah,” ujar Christina. (Bob)