Antisipasi Informasi Hoaks, Pengguna Medsos Diminta Saring Sebelum Sharing

  • Whatsapp
Ilustrasi sosial media

PUSTAKA KOTA, Jakarta – Perkembangan dunia digital di Indonesia membuat para pengguna mampu memperoleh dan menyebarluaskan informasi serta data dengan sangat mudah. Salah satunya dapat menggunakan berbagai platform media massa dan sosial.

Anggota Komisi I DPR RI, Kresna Dewanata Phrosakh mengatakan bahwa media massa dan media sosial saat ini memiliki kekuatan yang cukup luar biasa dalam memberikan sebuah informasi yang diperlukan.

Read More

Meski bermedia sosial tidak ada batasnya, namun para pengguna harus ingat bahwa ada undang-undang saat menggunakan informasi itu dengan baik dan tidak melenceng.

“Kita berharap bahwa kita benar-benar melek terhadap dunia digital. Dimana kita benar-benar bisa menilai dan bisa memverifiaksi kebenarannya, jangan hanya kita asal lihat saja kemudain mengshare yang mengakibatkan akan menjadi berita hoaks,” jelas Kresna dalam Webinar bertajuk “Ngobrol Bareng Legislator :Pilah Pilih Informasi di Ruang Digital” yang berlangsung pada Kamis (7/4/2022).

Dalam berselancar di dunia maya, kepandaian untuk memilah dan memilih informasi sangat diperlukan. Mengingat, begitu menjamurnya berita-berita hoaks di tengah masyarakat.

“Mereka tidak tahu bahwa penyebaran berita hoaks bisa terjerat undang-undang yang menyebabkan masalah bagi mereka. Lalu jangan sampai kita apalagi yang ikut kegiatan ini kurang melek digital. Minimal kita harus bisa memverivikasi berita dari sumber-sumber yang memang akurat,” kata Kresna.

Dalam pilah pilih informasi itu, juga diperlukan kebijakan para pengguna. Baik itu untuk kepentingan pribadi ataupun dalam kepentingan bersama.

“Kita tahu bahwa saat ini, banyak sekali dalam negara kita yang mempunyai aplikasi atau platform-platform dunia digital dalam mengecek sebuah informasi baik dari obrolan grup atau media sosial lainnya.

Sekali lagi kita harus benar-benar mengecek berita apakah itu benar akurat tau tidak, dan jangan sampai kita ikut mengshare berita yang belum jelas kebenarannya. Mungki itu sebagai pemantik dari saya, terima kasih,” tutur Kresna.

Senada dengannya, Digital Head Cyrus Network, Khairul Ikhwan menjelaskan bahwa informasi yang diterima sangat terkait dengan bagaimana para pengguna mencerna informasi.

Informasi yang salah dianggap benar, jadi benar. Itu terjadi di luar kesadaran, apalagi jika dikelilingi orang yang berpendapat sama.

“Jadi ada keinginan untuk recheck, jangan sampai percaya 100%, media pun sering meralat berita. Harus cek kredibilitas news, kalau sumber tidak kredibel, kita harus men-challenge informasi tersebut,” kata Khairul.

“Kemudian Bagaimana jika orang terdekat atau keluarga kita terpapar hoaks? Maka dengerin dulu mereka sampai puas, baru kasih faktanya, realnya gimana kasih tau nanti dengan cara yang baik. Harus mau effort ngasih tau ke keluarga tentang misinformasi yang ada. Bahkan belum tentu mereka mau keluar dari hoaks itu. Kemudian kita rangkul, dan Jangan dimusuhi. terakhir mencari pendampingan kepada orang yang kredibel untuk membantu,” sambungnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *