Butuh Pahlawan di Era Digital Buat Penangkal Hoaks

  • Whatsapp
Anggota Komisi 1 DPR RI, Kresna Dewanata Prosahk dalam webinar series bertema "Ngobrol Bareng Legislator : Peran Sosial Media Dalam Memberantas Kekerasan Online", Rabu (30/3/2022).

PUSTAKA KOTA, Jakarta – Pahlawan sering kali diartikan sebagai seorang figur yang memiliki jiwa petarung bahkan rela mengorbankan jiwa demi sebuah kebenaran dan suatu hal yang sangat berarti.

Hal itu bisa berupa agama, negara, kepentingan kelompok, keluarga, ataupun hal lain yang dianggap menjadi suatu tujuan yang benar.

Read More

Kalau dahulu pahlawan kaitannya dengan sebuah perjuangan untuk perang, namun kini berjuang di tengah era digital yang memiliki perkembangan dunia teknologi. Pada era digitalisasi, maka makna pahlawan mengalami perluasan arti.

Anggota Komisi I DPR RI, Kresna Dewanata Phrosakh mengatakan bahwa, setiap orang sangat berpeluang untuk menjadi pahlawan, khususnya di era digital saat ini.

Pahlawan kali ini tidak perlu lagi merasakan menembak dengan peluru dan pedang yang merelakan jiwa sepenuhnya

Namun untuk menjadi pahlawan, menurutnya cukup diraih hanya dengan berperilaku cakap dalam mengakses ruang digital.

“Pahlawan digital bagi saya pribadi adalah seluruh pengguna teknologi digital yang bisa bermanfaat bagi kita semua. Tentunya banyak sekali sosok yang menginspirasi kita di zaman sekarang ini,” ujar Kresna dalam kegiatan Webinar bertajuk “Ngobrol Bareng Legislator : Pahlawan di Era Digital” yang dihelat pada Selasa (12/4/2022).

Kreshna menyebut, kini sudah banyak contoh sosok di Tanah Air yang telah berhasil menjadi seorang pahlawan di era digital ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.

“Dan kita tahu bahwa kita juga bisa menjadi pahlawan dunia digital dengan menggunakan digital yang baik dan sehat serta bermanfaat bagi orang banyak,” tutur Kreshna.

Untuk menjadi pahlawan, menurut dia, tentunya sangat diperlukan kebijaksanaan dalam menggunakan platform digital. Jika tidak, kemajuan teknologi ini akan berubah menjadi musuh.

“Seperti penyebar berita hoaks, penyebar kebencian dan orang-orang yang menyebar sesuatu yang tidak baik tanpa di-fiter atau bisa mengacaukan masyarakat seperti menyebar video porno atau menyebarkan ideologi yang tidak tepat,” kata Kreshna.

“Jadi selain ada orang-orang yang bisa menajdi pahlawan juga banyak sekali orang-orang yang bisa menjadi musuh,” sambungnya.

Untuk terhindar dari hal demikian, Kreshna mengatakan bahwa dalam hal ini literasi digital menjadi kuncinya. Ilmu dalam penggunaan platform digital ini dipercaya akan mampu menentukan sikap dan perilaku para pengguna dalam mengaksesnya.

“Jadi mari kita mulai dengan diri kita sendiri agar orang-orang juga mengikuti dengan menjadi pengguna digital yang lebih baik,” ajaknya.

Atas hal itu, Dirjen Aptika Kemenkominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, B.Sc mengatakan, Kementrian Kominfo mengemban mandat dari Presiden Joko Widodo sebagai garda terdepan dalam memimpin upaya percepatan transformasi digital Indonesia.

Dalam mencapai visi dan misi tersebut kementrian kominfo memiliki peran sebagai legulator, fasilitator, dan ekselerator dibidang digital Indonesia.

Dalam rangka menjalankan salah satu mandat tersebut terkait pengembangan SDM digital kementrian Kominfo bersama gerakan nasional, litasi digital, cyber kreasi, serta mitra dan jejaringnya hadir untuk memberikan pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan digital pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

“Berbagai pelatihan literasi digital yang kami berikan berbasis empat pilar utama, yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan pemahaman digital. Hingga tahun 2021 tahun program literasi digital ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12juta masyarakat Indonesia,” tutupnya

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *